Oleh: KH Abdullah Gymnastiar
Salah satu makna dari istiqomah sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah melakukan kebaikan secara terus-menerus (berkesinambungan/konsisten). Selanjutnya, bagaimana pula kita bisa memperoleh keistiqamahan ini? Kita harus siap dengan amalan mujahadah. Artinya, berjuang keras menggunakan segenap kemampuan dalam memperoleh atau melakukan sesuatu. Secara terminologi berarti upaya sungguh-sungguh yang dilakukan seseorang dengan mengerahkan segala kemampuan (pikiran, perasaan, fisik, hati, dan mental) dalam memperoleh atau melakukan sesuatu. Intinya, bersungguh-sungguh dalam melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Tentunya dalam hal ini konteksnya adalah upaya memperbaiki diri, dan bukan berarti mengesampingkan jihad yang lainnya seperti mengusir penjajahan mesjid Al Aqsha di Palestina.
Allah SWT berfirman yang artinya “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridloan kami, benar-benar Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-’Ankabut [29] : 69)
Imam Al-Ghozali berkata, “Mujahadah adalah kunci hidayah, tidak ada kunci untuk memperoleh hidayah selain Mujahadah.”
Dalam hal ini berarti kita dituntut untuk berlatih setiap saat dalam menjalankan amaliah ibadah kepada Allah SWT dilakukan secara benar dan khusyuk. Baik itu ibadah wajib maupun sunah, lebih-lebih dalam hal pelaksanaan ibadah wajib yang lebih utama dijalankan tepat waktu, seperti shalat fardhu.
Berjuang pula agar kita memiliki sikap hidup yang lurus dengan melakukan yang Allah ridha dan meninggalkan yang Allah benci. Dan segera bertaubat kembali ke jalan yang lurus ketika tergelincir. Salah satu contohnya adalah ketika kita dihadapkan pada pilihan bersikap; apakah berani berkata jujur di jalan Allah, tetapi dibenci orang lain, atau berbohong demi penilaian orang lain. Untuk apa kita memilih pilihan yang akan menempatkan kita bersama dengan kebencian Allah? Tatkala kita memilih jalan yang benar, meskipun terasa sulit dan tidak disukai orang, sesungguhnya keridhaan akan dilimpahkan Allah kepada dirinya. Beragam jaminan dan ganjaran di dunia dan akhirat pun akan ia peroleh.
Terakhir, yang juga penting adalah do’a agar diberi keistiqamahan. Orang yang beriman senantiasa tidak bisa lepas dari memohon kepada Allah SWT. Seluruh urusannya ia yakin Allah SWT yang menguasai, lalu mengapa kita tidak meminta kepada Allah untuk memberi kemudahan urusan-urusan kita.
Allah SWT berfirman, “Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan, ‘Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir’. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali-‘Imran [3] : 146-148)
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, “Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah [2] : 250) (Tulisan kedua dari dua tulisan, habis)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
0 komentar:
Post a Comment